Pada tulisan sebelumnya Non-Muslim (kristen) bertanya kenapa ada Hadits Palsu? setelah sebelumnya mempertanyakan soal Hadits, kemudian lagi mempertanyakan kenapa ada Hadits Palsu.
Susah kalo dasarinya memang tidak tahu, tapi memaksakan akhirnya sok tahu.
Hadits Palsu, bukan Nabi Muhammad membuat kepalsuan, Akan tetapi orang lain, yang membuat perkataan-perkataan tertentu dan mengklaim perkataan tersebut adalah perkataan Nabi Muhammad.
Hal ini terjadi setelah Nabi Wafat. Bermunculan banyak perkataan-perkataan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad, padahal bukan.
Di sinilah kemudian para Penulis Hadits sangat berhati-hati dalam menuliskan Hadits. Sebuah Hadits diuji dengan sangat ketat. dari Isinya, dari Kejujuran Perawi (periwayat / penyampai) Hadits, Hafalan atau ingatan, atau kecerdasaran perawi, ke Islaman perawi, biografi secara detail dan sebagainya. tak cukup sampai disitu, pengujiannya sampai berapa banyak saksi, atau perawi, dan seterusnya.
Sehingga Hadits pun memiliki banyak Kategori.
Dari Hadits Mutawatir, Ahad, Shahih, Hasan, Dhaif, Maudhu' dan seterusnya. Ini semua terkait dengan status Hadits, dapat diterima atau tidak.
Yang seperti ini tidak akan pernah ditemukan dalam tradisi Kristen. bahkan terhadap penulisan Alkitab sekalipun. Siapa penulisnya, bagaimana biografi penulisnya, bagaimana kejujuran penulis, bagaimana ingatan penulis, hafal atau tidak, Siapa saksi, dan bagaimana kejujuran dan ingatan mereka. tidak ada catatan sama sekali. Bahkan penulis Alkitab pun kebanyakan Anonim. Yang kemudian diklaim penulisnya seperti sekarang padahal masih menjadi perdebatan.
Contohnya Injil Yohanes
Tricot dan R.P. Rouguet yakin bahwa injil yohanes dikarang oleh seorang saksi-mata,pengarangnya adalah yohanes anak zebedeus (mat 10 : 2).Menurut papias,lama setelah kematian yesus, yohanes menghabiskan sisa hidupnya di efesus,pusat perkembangan agama kristen setelah kehancuran kuil yerusalem tahun 70 M.Tetapi jangan terburu-buru meyakini yohanes sebagai penulis utama injil ini.Pertama-tama,bila kita mempercayai yohanes murid yesus sebagai penulis injil ini, maka pastilah penulis injil ini adalah seorang yahudi palestina (mat 10 : 5 – 6 dan 15 : 24).Bertentangan dengan keyakinan bahwa injil ini ditulis pertama kali dalam bahasa yunani secara sempurna.Penggunaan bahasa Yunani dalam injil yohanes memang lebih unggul dari kitab-kitab lainnya, seakan-akan menandakan bahwa penulisnya merupakan orang yang sangat terpelajar.
Selain pada itu,pada kalimat penutup yang ada di injil yohanes,dia menulis sebagai berikut :
“Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (yoh 21 : 24 – 25)
Dengan membaca secara kritis terhadap ayat-ayat tersebut,maka kita akan melihat bahwa kalimat itu bukanlah kata-kata dari penulis asalnya,tetapi kata-kata ini memperlihatkan kesaksian orang ketiga dan merupakan tambahan/penyisipan pada masa berikutnya oleh tangan lain bagi manuskrip asli untuk menjadikan orang mempercayai bahwa injil ini memang berasal dari muridnya yesus.Evanson (1792),bretschneider (1820) dan david friedrich strauss (1834-1840) adalah orang-orang pertama yang mempertanyakan keotentikan injil yohanes. Alasan utama dari mereka yang menolak keotentikan injil yohanes adalah karena yohanes telah dengan begitu jelasnya menyatakan ke-Allahan yesus sang penebus sebagai pusat dan inti narasi injilnya.Namun demikian, bahkan adolf harnack (1851-1930) seorang teolog Jerman yang sependapat dengan mereka, akhirnya menerima bahwa,meskipun ia menolak otentisitas injil yohanes, ia juga tidak dapat menemukan solusi yang memuaskan tentang permasalahan [asal usul] injil yohanes: “Lagi dan lagi saya telah berusaha memecahkan masalah dengan beragam teori yang mungkin, tetapi semua itu malah mengarahkan aku kepada kesulitan-kesulitan yang lebih besar, dan bahkan bertentangan satu sama lain.” (“Gesch. der altchristl. Lit.”, I, pt. ii, Leipzig, 1897, p. 678.)
Pernyataan tentang “dia” yang dinisbahkan kepada yohanes (penulis injil yohanes),hal itu sangatlah bertentangan dengan tata bahasa yang ada.Sebab bagaimanapun juga,”dia” adalah suatu pengungkapan yang ditujukan kepada orang ketiga.Selain dari pada itu, kalimat :”Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” siapapun akan mengetahui isyarat dari kalimat itu.Bahwa terdapat informasi yang sudah disembunyikan dan tidak disampaikan kepada orang lain oleh yohanes tersebut dengan alasan apa yang dia ketahui jika ditulis maka tidak akan muat.